kamera

#xh

(for jungseok) part of a bigger universe that doesn't have a title yet (and maybe will never see the end of the light).


“Kamera?”

Klik.

Suara shutter kamera samar terdengar. Jiseok berkedip terkejut; walau tak ada kilatan cahaya apa pun yang keluar darinya.

Pria itu menurunkan kameranya. Menampilkan wajah yang sembap sehabis bangun tidur. Ia lantas tertawa kecil, mengerutkan kedua ujung matanya yang ikut menyipit.

“Iya. Bagus, nggak? Aku dapat dari tukang loak di samping rumah,” jawabnya serak.

Namun yang ditanya hanya diam terpana, menatap wajah mengantuk yang masih bertanya-tanya. Kalau seperti ini, Jungsu tak terlihat seperti anak menyeramkan yang suka bolos sekolah dan membuat ulah. Jungsu hanyalah Jungsu. Anak laki-laki yang bekerja siang-malam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, lalu sesekali mencuri tidur untuk menyegarkan badan.

“Hei,” Jungsu melambaikan tangan, membuat Jiseok tersadar. “Kok ngelamun? Pikiranmu pasti ke mana-mana lagi. Kali ini jalan-jalan ke mana?”

Jiseok akhirnya mengalihkan pandangan, terlalu malu untuk mengaku. Alih-alih menjawab, ia bergeser agar posisi duduknya berada di samping pria itu.

“Toko yang kamu cerita baru buka itu? Aku mau lihat hasilnya,” Jiseok memajukan wajah pada layar kamera. Jungsu menekan sebuah tombol, menampilkan wajah Jiseok yang menatap kosong pada layarnya.

“Dih, kok aku kayak orang dongo, hapus, ah!” Jiseok mencoba merebut kamera itu, tapi Jungsu sudah menjauhi barang itu darinya sambil tertawa.

“Kok gitu! Lucu tau,” Jungsu tersenyum jahil, masih meninggikan kameranya ke udara. “Yah! Nanti jatuh kameranya!”

“Hapus dulu makanya!” Jiseok setengah merengek, setengahnya lagi mencoba menggelitiki Jungsu agar ia menyerah. Tawa mereka bergemuruh, mengisi ruang kecil pada taman belakang siang-siang.

Bagitu, dan seterusnya mereka menghabiskan musim panas yang tidak lama lagi akan hilang.